oleh: Dadan Rukmantara, SE
Statistisi Pertama di Badan Pusat Statistik
Kabupaten Cianjur.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (
BMKG) memprediksi musim kemarau masih akan terjadi sampai Oktober 2018. Oleh
karena itu para petani diimbau lebih cermat memilih tanaman pangan yang akan
ditanam. "Sekitar 60-80 persen wilayah kita sudah masuk musim kemarau,
petani harus mulai memikirkan menaman tanaman yang butuh sedikit air, jangan
memaksakan tanam padi," terang Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal.
Kendati demikian, seiring dengan hujan yang sudah mulai turun beberapa hari ini
di beberapa wilayah di kabupaten Cianjur diawal bulan November 2018 ini,
menaruh harapan bagi para petani, terutama para petani padi di beberapa wilayah
persawahan dengan sistem pengairan tadah
hujan, mereka sudah banyak yang memulai mempersiapkan lahan sawahnya, geliat
musim tanam padi sawah sudah mulai nampak.
Parman salah satunya, petani padi sawah di
daerah Cibadak Desa Cikancana Kec. Sukaresmi ini sudah mulai terlihat sibuk
mempersiapkan lahan sawahnya, diawali dengan proses membajak sawah, terlihat
dia begitu antusias dengan pekerjaanya, meski masih menggunakan cara
tradisional dalam melakukan pengolahan lahan sawahnya, dengan masih
memanfaatkan tenaga hewan kerbau untuk membajak lahan sawahnya, hal itu
dikarenakan letak lahan sawahnya yang berada di daerah miring/lereng dengan
petakan-petakan yang tidak terlalu luas, hanya sekitar rata-rata 50 m2
perpetaknya, jadi kurang efektif apabila menggunakan Taraktor, begitu menurut
pengakuan Parman kepada penulis. Dengan luas area lahan sawah yg dikuasainya
yang sekitar 3500m2, biaya yang dikeluarkan untuk mebajak lahan
sawahnya adalah sekitar Rp. 700.000,- untuk 7 hari kerja membajak dengan
kerbau, lain seandainya dengan menggunakan mesin Traktor, dia menaksir mungkin
biayanya hanya sekitar Rp. 500.000,- biaya yang harus dia keluarkan untuk membajak
lahan sawah yang dikuasainya, bisa menghemat biaya sekitar 28,57%. Selain itu
ada biaya lain-lainya seperti upah mencangkul sebesar Rp. 1.400.000,- dimana
upah mencancangkul yang berlaku untuk daerah tersebut perorang/hari adalah
sekitar Rp. 40.000,-
Berdasarkan pengalaman musim tanam sebelumnya,
lahan sawah yang dikuasai Pak Parman bisa menghasilkan produksi sekitar 2,4 ton
GKP, hasil ini masih tidak jauh berbeda dengan produktivitas padi di kabupaten
Cianjur secara keseluruhan pada tahun 2017 yang mencapai 67,42 Kw/Ha, sementara
untuk produksinya di kabupaten Cianjur adalah sebesar 1.087.279 Ton GKP pada
tahun 2017 (menurut Dinas Pertanian, Perekebunan, Pangan dan Hortikultura
Kabupaten Cianjur).
Untuk musim tanam subround ini
(September-Desember 2018) dia berharap bisa menghasilkan produksi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan musim tanam sebelumnya, maka dari itu dia berupaya lebih
mengoptimalkan intensifikasi lahan padi sawahnya, masih ada harapan tersimpan
dalam diri pak parman kedepan, apalagi katanya kalau sendainya harga GKP dan
GKG akan lebih tinggi kedepannya. Akan semakin menambah semangat para petani
dalam upaya menggarap lahan sawahnya. untuk diketahui, saat ini harga jual GKP masih
dirange angka Rp. 400.000,- s/d Rp. 450.000,- dan GKG RP. 500.000,- s/d Rp.
550.000,- diwilayah tersebut.
Bukan berarti tidak ada masalah dalam upaya
peningkatan produktivitas padi, ada masalah yang lain selain masalah internal
dibidang pertanian seperti yang tersebut diatas, ada masalah eksternal yang
harus segera ditemukan solusinya yang paling tepat, yaitu dimana seiring dengan
berjalannya waktu, populasi jumlah penduduk dipastikan akan semakin bertambah
hal ini akan sebanding lurus dengan kebutuhan akan perumahan yang juga akan bertambah.
Hal ini menjadi salah satu masalah yang harus dihadapi dan perlu segera
ditemukan solusinya dalam upaya meningkatkan peningkatan produksi beras. Perumahan
memerlukan sebuah area, dan salah satu area yang paling banyak dilirik dan
diminati oleh para pengembang perumahan adalah area persawahan, dimana mungkin harganya
yang masih terjangkau, kebanyakan area persawahan di Cianjur berada dipinggir
akses fasilitas umum jalan yang mudah dijangkau oleh masyarakat, hal ini
menjadi nilai tambah dan daya tarik untuk sebuah perumahan, sehingga akhirnya banyak
lahan sawah yang digunakan untuk perumahan, alih fungsi lahan persawahan
menjadi perumahan akan semakin tinggi.
Selain itu juga, seiring dengan perubahan
zaman, dimana era industri sudah mulai merambah ke berbagai pelosok daerah,
termasuk di wilayah Cianjur, banyak industri-industri besar mulai berdiri di
beberapa wilayah kabupaten Cianjur, di sepanjang pinggir jalan diseputaran
kecamatan Sukaluyu ke arah kecamatan Ciranjang bisa dilihat banyak
pabrik-pabrik besar berdiri diatas lahan yang dulunya adalah lahan persawahan,
puluhan hektar alih fungsi lahan sawah menjadi lahan industri terjadi disana.
hal ini akan semakin menggerus luas lahan sawah sehingga menjadi semakin
berkurang.
Maka dari itu perlu upaya bersama dalam
optimalisasi dalam menjaga stabilitas dan peningkatkan produktivitas padi untuk
masa waktu kedepan, bukan hanya 1 atau segelintir saja, perlu ada kekompakan
dari seluruh Stakeholder dalam hal ini, karena beras memang masih menjadi
pilihan primadona bahan pokok sehari-hari masyarakat Cianjur dan Indonesia, ada
istilah “belum makan kalau belum makan nasi” maka dari itu upaya peningkatan
produksi beras perlu semakin dioptimalkan guna memenuhi kebutuhan akan beras sebagai
bahan pokok utama.
Sumber:
Radar Cianjur, 3 November 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar