18 Feb 2019

UPAYA MENINGKATKAN IPM CIANJUR


Oleh : A. Saebani, SSi
KSK & Statistisi Ahli Pertama di BPS Kab. Cianjur – Jawa Barat

          Selain pemerintah membangun sektor ekonomi yang menitikberatkan pada fisik seperti infrastruktur, pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) perlu mendapat prioritas utama. Salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan dalam pembangunan kualitas hidup manusia adalah dengan Indek Pembangunan Manusia (IPM). Tak terkecuali, Kabupaten Cianjur perlu bekerja keras dalam meningkatkan kualitas penduduk dengan cara menaikkan angka IPM agar tidak kalah dengan Kabupaten/Kota yang ada di wilayah Jawa Barat.

          Kenapa meningkatkan kualitas manusia begitu penting sebagai prioritas utama pembangunan. Mengutip isi Human Development Report (HDR) yang pertama kali dipopulerkan pada tahun 1990, pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia. Diantara banyak pilihan tersebut, pilihan yang terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat, untuk berilmu pengetahuan, dan untuk mempunyai akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak.
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
          Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu indikator untuk mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup manusia atau penduduk suatu wilayah/negara. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat; pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor. Untuk mengukur dimensi kesehatan digunakan angka harapan hidup waktu lahir. Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan gabungan indikator angka harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah. Adapun untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak.
MANFAAT IPM UNTUK PEMBANGUNAN
          Manfaat IPM dalam pembangunan suatu wilayah/negara yang merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). IPM juga dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/negara. Bagi Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain sebagai ukuran kinerja Pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU) dalam pembagian anggaran di APBN.
          Capaian pembangunan manusia di suatu wilayah pada waktu tertentu dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok. Pengelompokkan ini bertujuan untuk mengorganisasikan wilayah-wilayah menjadi kelompok-kelompok yang sama dalam hal pembangunan manusia. Jika kelompok “sangat tinggi” IPM ≥ 80; kelompok “tinggi” angkanya 70 ≤ IPM < 80; kelompok “sedang” 60 ≤ IPM < 70; kelompok rendah jika angkanya IPM < 60.
IPM KABUPATEN CIANJUR
         Merujuk data BPS, pada tahun 2017 angka IPM Kabupaten Cianjur sebesar 63,70 atau naik sebesar 0,78 poin dari sebelumnya pada tahun 2016 sebesar 62,92. Untuk tingkat Jawa Barat, Kabupaten Cianjur peringkat ke-27 masih dibawah dibandingkan dengan Kabupaten Tasikmalaya (IPM sebesar 64,14), Garut (IPM sebesar 64,52), atau masih berada dibawah rata-rata IPM Provinsi Jawa Barat sebesar 70,69. Dengan melihat kriteria di atas, Kabupaten Cianjur berada pada kelompok IPM dengan kategori “sedang”.
          Tetapi secara umum IPM Kabupaten Cianjur mengalami kenaikkan dari ke tiga indikator dan naiknya cukup signifikan. Kenapa IPM Kabupaten Cianjur belum melampui angka kabupaten/kota tetangga di Jawa Barat, ini menjadi “PR” Pemda Cianjur perlu lompatan besar dalam memperbaiki dimensi yang membangun IPM secara terarah dan berkelanjutan.
Menaikkan Dimensi IPM Cianjur
         Salah satu dimensi pengukuran IPM yaitu kesehatan, dapat diukur dari panjangnya usia harapan hidup waktu lahir di wilayah bersangkutan. Untuk indikator kesehatan, BPS mencatat tahun 2017 di Kabupaten Cianjur diukur berdasarkan angka umur harapan hidup saat lahir (UHH) sebesar 69,49 naik dari sebelumnya pada 2016 sebesar 69,39. Untuk dimensi ini, Kabupaten Cianjur mempunyai angka UHH diatas Kabupaten Tasikmalaya (68,71) tetapi dibawah Garut (70,84). Untuk meningkatkan dimensi angka harapan hidup saat lahir, maka pertolongan ibu hamil dalam persalinan perlu dilakukan oleh tenaga kesehatan. Penyebaran tenaga kesehatan seperti bidan, dokter perlu dilakukan secara terarah dan merata untuk seluruh pelosok desa.
         Pada tahun 2017, angka harapan lama sekolah (HLS) sebesar 11,89 ini berarti penduduk di Kabupaten Cianjur yang berumur 7 tahun ke atas diharapkan rata-rata lama sekolah mencapai 11,89 tahun atau setingkat SMA/sederajat kelas dua bahkan hampir kelas 3. Akan tetapi untuk rata-rata lama sekolah (RLS) hanya sebesar 6,92, ini menunjukkan penduduk Kabupaten Cianjur tahun 2017 yang berusia 25 tahun ke atas  bersekolah sampai SMP kelas I (satu). Kondisi ini masih kalah dengan Kabupaten Tasikmalaya (RLS sebesar 7,12) dan Garut (RLS sebesar 7,28). Ini sangat memperhatinkan sebagian besar penduduk produktif berpendidikan rendah dan bertolak belakang dengan program wajib belajar 9 tahun
         Untuk dimensi hidup layak yang diukur berdasarkan pengeluaran per kapita yang disesuaikan (PPP) di Kabupaten Cianjur tahun 2017 sebesar 7,3 juta per kapita. Angka tersebut jauh di bawah angka Provinsi Jawa Barat sebesar 10.285 juta. Meningkatkan daya beli dengan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan IPM di suatu daerah.
          Dalam meningkatkan IPM Kabupaten Cianjur perlu lompotan besar untuk bersaing dengan pesaing terdekat seperti Kabupaten Tasikmalaya dan Garut . Supaya peringkat IPM Cianjur tidak menjadi “juara kunci” perlu peningkatan dimensi IPM yang masih dibawah pesaing terdekat seperti rata-rata lama sekolah (RLS).
        Dengan membangun sentra ekonomi per desa mempunyai produk unggulan yang dapat menyerap tenaga kerja millennial. Maka para lulusan menengah seperti SMA, SMK maupun perguruan tinggi dapat bekerja di desa masing-masing. Selain akan berpengaruh pada peningkatan pendapatan serta kesejahteraan masyarakat setempat. Juga ketika ada survei, seperti Susenas akan terjaring anggota rumah tangga yang mempunyai tingkat rata-rata lama sekolah (RLS) yang tinggi. Juga adanya penyebaran perusahaan industri manufaktur ke daerah bagian selatan, karena keberadaan industri selain dapat mengurangi pengangguran, juga akan meningkatkan dimensi IPM.
Sumber: Radar Cianjur, 11-02-2019

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar