Rosser
Ikhlas, S.Si
Statistisi
Pertama BPS Kabupaten Cianjur
Zaman millennial
dimana kebutuhan gadget seperti ponsel cerdas sangat melekat dengan kegiatan
sehari-hari. Kegiatan bekerja, belajar, interaksi sosial, berbelanja, dan
banyak hal lain yang bisa dilakukakan melalui aplikasi yang dipasang pada ponsel
cerdas tersebut. Koneksi internet menjadi hal yang sangat penting untuk selalu
terhubung dengan dunianya zaman millennial ini, si dunia maya. Konektivitas dan relasi bisa terbangun dalam sebuah grup/komunitas
tanpa harus bertatap muka walau lokasi berjauhan bahkan di seberang lautan
sekalipun. Data yang tersimpan pun sudah tidak berupa tumpukan-tumpukan kertas
lagi, tersimpan berupa data digital yang bisa kita bawa kemana-mana
melalui flashdisk, hard disk,maupun
media penyimpanan online. Global Positioning System (GPS) merupakan fasilitas
yang umumnya telah terpasang pada ponsel cerdas saat ini, fungsinya yaitu
menampilkan lokasi akurat gadget tersebut pada tampilan peta citra satelit.
Tentu akan sulit untuk tersesat apabila fasilitas GPS ini bisa digunakan dengan
maksimal, bahkan dalam perkembangan dunia transportasi GPS merupakan pilar
utama penunjang usaha transportasi online. Berbekal cerita pengalaman orang tua
zaman sebelumnya, dua kata bagi saya hidup pada zaman millennial ini: cepat,
praktis. Itulah teknologi, ia akan terus berkembang memenuhi kebutuhan yang ada
pada masanya. Teknologi bukanlah sesuatu yang harus kita hindari, namun harus
dikuasai. Ada pepatah yang mengatakan, orang yang berhasil menguasai teknologi
akan menguasai dunia.
Dalam kegiatan
data mendata, biasanya kita masih bertumpu pada cara lama yang sebagiannya
masih mengandalkan teknik pendataan menggunakan kertas dokumen/kuesioner atau biasa
disebut juga dengan istilah PAPI (Paper
and Pencil Interviewing). Hasil wawancara dengan responden dituliskan pada
kuesioner yang kemudian diolah menjadi bentuk digital baik melalui scanning
maupun diinput/dientry secara manual oleh operator. Kemudian seterusnya proses
analisa, publikasi, arsip diproses dalam bentuk digital. Pada rangkaian
prosesnya terlihat sebagian telah mengarah pada data digital terutama pada
proses pengolahan dan seterusnya sehingga data yang diolah bisa dalam jumlah
yang besar, lebih cepat dan praktis. Perkembangan di zaman millennial ini
menuntun peluang untuk melakukan pendataan yang sepenuhnya berbasis digital. Computer Assisted Personal Interviewing (CAPI)
merupakan teknik pendataan kekinian di Indonesia yang akan terus dikembangkan
untuk pendataan yang lebih efektif dan efisien. Penggunaan kertas yang
berkurang sebagai bentuk dukungan ramah lingkungan, GPS yang akan memastikan
keberadaan petugas pada saat pencacahan sebagai dukungan fungsi pengawasan, termasuk
pengolahan data serta early warning system yang lebih cepat dan efektif,
merupakan kelebihan pendataan berbasis CAPI. Computer Assisted Personal Interviewing (CAPI) merupakan sebuah
teknik pencacahan responden dengan bantuan komputer seperti laptop, notebook,
tablet, maupun ponsel cerdas. Dalam melaksanakan pendataan/wawancara dibantu
oleh program yang telah terpasang pada gadget, sehingga data langsung
direkam/dientry langsung di lapangan.
Berbeda dengan
CAPI, CASI (Computer Assisted Self
Interviewing) maupun CAWI (Computer
Assisted Web Interviewing) tidak memerlukan lagi petugas pencacah lapangan.
Responden bisa langsung mengisi sendiri Computer
Form yang disediakan. Pendataan dengan metode CASI sudah dilakukan pada
negara maju yang masyarakatnya sadar akan pentingnya data statistik. Tanpa
didatangi petugas masyarakat sadar statistik akan menyampaikan laporan yang
diperlukan oleh pemerintah. Pendataan dengan CASI dirasa lebih unggul dibanding
CAPI terutama dalam pertanyaan yang bersifat sensitif karena privasi dalam
memberikan data lebih terjaga, daripada menyampaikan data melalui petugas
pencacahan. Dengan tidak adanya petugas pencacah tentu dalam pelaksanaannya diperlukan
intelegensi responden yang baik dalam mengartikan pertanyaan pada survei,
karena jika tidak akan berimbas kepada hasil survei yang akan menjadi bias. Di
negara kita Indonesia pendataan dengan teknik CAPI sudah mulai digunakan Badan
Pusat Statistik (BPS), namun tidak menutup kemungkinan teknik pendataan dengan CASI
maupun CAWI pun dilakukan di masa mendatang.
Belum lama ini
data pertanian terkait data produksi padi dikoreksi dengan Metode Kerangka
Sample Area (KSA) yang menyempurnakan metode sebelumnya yakni eye estimate. Metode KSA adalah hasil
kerjasama Badan Pusat Statistik (BPS) dengan Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT) yang mengandalkan teknik pendataan CAPI. Dimana petugas pada
survei KSA ini menggunakan gadget dalam
melakukan perekaman data yang kemudian dikirim langsung pada server pusat.
Selain Survei KSA Badan Pusat Statistik juga pada beberapa tahun terakhir
melakukan pendataan Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) juga menggunakan CAPI,
dengan petugas pendataan adalah internal BPS. Bahkan dalam mini sensus yang
merupakan uji coba Sensus Penduduk 2020 pada pertengahan tahun ini menggunakan
teknik pendataan PAPI, CAPI, dan CAWI yang melibatkan petugas mitra statistik.
Pendataan CAPI
bukanlah mudah tanpa rintangan tantangan, banyak juga hal-hal yang harus
menjadi perhatian. Sinyal coverage area tiap operator yang kadang belum
stabil/kualitas lemah pada daerah tertentu terutama pelosok, baterai hp yang
terkadang habis/drop pada saat wawancara, tipe hp petugas yang tidak suport
aplikasi Survey, memory penyimpanan
maupun ram berkapasitas kecil sehingga gadget mudah hang/error, petugas yang
belum mahir menggunakan gadget, bahkan permasalahan mendasar terkait anggaran
yaitu besarnya nilai investasi dalam penyediaan gadget yang diperlukan. Semua
tantangan yang ada itu tentu akan dapat dilewati dengan manajemen resiko yang
terukur. Memandang kedepan tentu akan terus dioptimalkan teknik pendataan
berbasis CAPI ini, termasuk pada pendataan terkait kependudukan yang merupakan
primadonanya pendataan/sensus bagi pemerintahan. Data kependudukan merupakan
data dasar yang harus dimiliki oleh setiap negara.
Di Indonesia Sensus Penduduk akan dilakukan pada
tahun 2020 yang akan datang, berbagai persiapan, perencanaan, mitigasi resiko
telah mulai dilakukan BPS untuk kesuksesan SP 2020 nanti. Pelaksanaan SP 2020
akan menyerap banyak tenaga mitra statistik yang tentunya harus menguasai perkembangan
teknologi. Seperti halnya di tahun 2010 yang lalu Sensus Penduduk diolah dengan
menggunakan scanner yang merupakan inovasi pada masanya. Teknologi terkait teknik
pendataan memang terus berkembang, bagi yang telah terbiasa mengikuti perkemban
Tidak ada komentar:
Posting Komentar