13 Feb 2019

HARAPAN PETANI DIAWAL PENGHUJAN


oleh: Dadan Rukmantara, SE

Statistisi Pertama di Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur.


Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG) memprediksi musim kemarau masih akan terjadi sampai Oktober 2018. Oleh karena itu para petani diimbau lebih cermat memilih tanaman pangan yang akan ditanam. "Sekitar 60-80 persen wilayah kita sudah masuk musim kemarau, petani harus mulai memikirkan menaman tanaman yang butuh sedikit air, jangan memaksakan tanam padi," terang Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal. Kendati demikian, seiring dengan hujan yang sudah mulai turun beberapa hari ini di beberapa wilayah di kabupaten Cianjur diawal bulan November 2018 ini, menaruh harapan bagi para petani, terutama para petani padi di beberapa wilayah persawahan dengan sistem pengairan  tadah hujan, mereka sudah banyak yang memulai mempersiapkan lahan sawahnya, geliat musim tanam padi sawah sudah mulai nampak.

Parman salah satunya, petani padi sawah di daerah Cibadak Desa Cikancana Kec. Sukaresmi ini sudah mulai terlihat sibuk mempersiapkan lahan sawahnya, diawali dengan proses membajak sawah, terlihat dia begitu antusias dengan pekerjaanya, meski masih menggunakan cara tradisional dalam melakukan pengolahan lahan sawahnya, dengan masih memanfaatkan tenaga hewan kerbau untuk membajak lahan sawahnya, hal itu dikarenakan letak lahan sawahnya yang berada di daerah miring/lereng dengan petakan-petakan yang tidak terlalu luas, hanya sekitar rata-rata 50 m2 perpetaknya, jadi kurang efektif apabila menggunakan Taraktor, begitu menurut pengakuan Parman kepada penulis. Dengan luas area lahan sawah yg dikuasainya yang sekitar 3500m2, biaya yang dikeluarkan untuk mebajak lahan sawahnya adalah sekitar Rp. 700.000,- untuk 7 hari kerja membajak dengan kerbau, lain seandainya dengan menggunakan mesin Traktor, dia menaksir mungkin biayanya hanya sekitar Rp. 500.000,- biaya yang harus dia keluarkan untuk membajak lahan sawah yang dikuasainya, bisa menghemat biaya sekitar 28,57%. Selain itu ada biaya lain-lainya seperti upah mencangkul sebesar Rp. 1.400.000,- dimana upah mencancangkul yang berlaku untuk daerah tersebut perorang/hari adalah sekitar Rp. 40.000,-
 Berdasarkan pengalaman musim tanam sebelumnya, lahan sawah yang dikuasai Pak Parman bisa menghasilkan produksi sekitar 2,4 ton GKP, hasil ini masih tidak jauh berbeda dengan produktivitas padi di kabupaten Cianjur secara keseluruhan pada tahun 2017 yang mencapai 67,42 Kw/Ha, sementara untuk produksinya di kabupaten Cianjur adalah sebesar 1.087.279 Ton GKP pada tahun 2017 (menurut Dinas Pertanian, Perekebunan, Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur).
Untuk musim tanam subround ini (September-Desember 2018) dia berharap bisa menghasilkan produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan musim tanam sebelumnya, maka dari itu dia berupaya lebih mengoptimalkan intensifikasi lahan padi sawahnya, masih ada harapan tersimpan dalam diri pak parman kedepan, apalagi katanya kalau sendainya harga GKP dan GKG akan lebih tinggi kedepannya. Akan semakin menambah semangat para petani dalam upaya menggarap lahan sawahnya. untuk diketahui, saat ini harga jual GKP masih dirange angka Rp. 400.000,- s/d Rp. 450.000,- dan GKG RP. 500.000,- s/d Rp. 550.000,- diwilayah tersebut.
Bukan berarti tidak ada masalah dalam upaya peningkatan produktivitas padi, ada masalah yang lain selain masalah internal dibidang pertanian seperti yang tersebut diatas, ada masalah eksternal yang harus segera ditemukan solusinya yang paling tepat, yaitu dimana seiring dengan berjalannya waktu, populasi jumlah penduduk dipastikan akan semakin bertambah hal ini akan sebanding lurus dengan kebutuhan akan perumahan yang juga akan bertambah. Hal ini menjadi salah satu masalah yang harus dihadapi dan perlu segera ditemukan solusinya dalam upaya meningkatkan peningkatan produksi beras. Perumahan memerlukan sebuah area, dan salah satu area yang paling banyak dilirik dan diminati oleh para pengembang perumahan adalah area persawahan, dimana mungkin harganya yang masih terjangkau, kebanyakan area persawahan di Cianjur berada dipinggir akses fasilitas umum jalan yang mudah dijangkau oleh masyarakat, hal ini menjadi nilai tambah dan daya tarik untuk sebuah perumahan, sehingga akhirnya banyak lahan sawah yang digunakan untuk perumahan, alih fungsi lahan persawahan menjadi perumahan akan semakin tinggi.
Selain itu juga, seiring dengan perubahan zaman, dimana era industri sudah mulai merambah ke berbagai pelosok daerah, termasuk di wilayah Cianjur, banyak industri-industri besar mulai berdiri di beberapa wilayah kabupaten Cianjur, di sepanjang pinggir jalan diseputaran kecamatan Sukaluyu ke arah kecamatan Ciranjang bisa dilihat banyak pabrik-pabrik besar berdiri diatas lahan yang dulunya adalah lahan persawahan, puluhan hektar alih fungsi lahan sawah menjadi lahan industri terjadi disana. hal ini akan semakin menggerus luas lahan sawah sehingga menjadi semakin berkurang.
Maka dari itu perlu upaya bersama dalam optimalisasi dalam menjaga stabilitas dan peningkatkan produktivitas padi untuk masa waktu kedepan, bukan hanya 1 atau segelintir saja, perlu ada kekompakan dari seluruh Stakeholder dalam hal ini, karena beras memang masih menjadi pilihan primadona bahan pokok sehari-hari masyarakat Cianjur dan Indonesia, ada istilah “belum makan kalau belum makan nasi” maka dari itu upaya peningkatan produksi beras perlu semakin dioptimalkan guna memenuhi kebutuhan akan beras sebagai bahan pokok utama.

Sumber:
Radar Cianjur, 3 November 2018

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar