13 Feb 2019

POTRET PERTANIAN KABUPATEN CIANJUR



DADAN RUKMANTARA, SE
STATISTISI PERTAMA BPS KABUPATEN CIANJUR

Secara geografis sebagian besar wilayah Cianjur merupakan wilayah pegunungan, kecuali di beberapa bagian wilayah pantai selatan, merupakan daerah dataran rendah, sehingga dengan demikian, pertanian tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan menjadi sebagian besar sumber kehidupan bagi masyarakat Cianjur.

Keadaan tersebut ditunjang pula dengan banyaknya sungai besar dan kecil yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya pengairan tanaman pertanian, seperti dengan adanya sungai Cibuni yang merupakan sungai terpanjang di Cianjur yang mengalir mulai dari kecamatan Pasirkuda mengalir ke kecamatan Tanggeung terus menuju ke kecamatan kadupandak kemudian menuju kecamatan agrabinta dan mengalir terus sampai ke kecamatan Sindangbarang yang kemudian bermuara di pantai selatan di samudra Hindia.

Dikutip dari wikipedia, Dari luas wilayah Kabupaten Cianjur yang luasnya sekitar 350.148 Ha, pemanfaatannya meliputi sekitar 83.034 Ha (23,71 %) berupa hutan produktif dan konservasi, 58,101 Ha (16,59 %) berupa tanah pertanian lahan basah, 97.227 Ha (27,76 %) berupa lahan pertanian kering dan tegalan, 57.735 Ha (16,49 %) berupa tanah perkebunan, 3.500 Ha (0,10 %) berupa tanah dan penggembalaan / pekarangan, 1.239 Ha (0,035 %) berupa tambak / kolam, 25.261 Ha (7,20 %) berupa pemukiman / pekarangan dan 22.483 Ha (6.42 %) berupa penggunaan lain-lain.

Namun demikian, di kabupaten Cianjur beberapa tahun ini diamati ada fenomena penurunan kualitas dan kuantitas disektor pertanian di kabupaten Cianjur.

Berdasarkan hasil Sensus Pertanian 2013 BPS, Rumah tangga pertanian di kabupaten Cianjur pada tahun 2013 sebesar 282.964 rumah tangga, sementara pada tahun 2003 berjumlah 327.237 mengalami penurunan hampir sekitar 13,53%.

Beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi penurunan tersebut antara lain :


Alih fungsi lahan
Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang dikenal juga sebagai salah satu lumbung padi terbesar di Provinsi Jawa Barat, akan tetapi seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya struktur perekonomian setiap tahunnya di Kabupaten Cianjur, mengakibatkan kebutuhan lahan untuk kegiatan nonpertanian cenderung terus meningkat, keberadaan Cianjur sebagai salah satu lumbung padi di Jawabarat mulai terancam, alih fungsi lahan pertanian sulit dihindari.

Sebagai contoh, kecamatan Sukaluyu merupakan salah satu wilayah di Cianjur sebagai salah satu lumbung padi kabupaten Cianjur, dan kecamatan Sukaluyu adalah salah satu kecamatan yang merupakan salah satu kecamatan yang mengalami alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian yang cukup besar. Dalam Peraturan Daerah No. 17 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cianjur tahun 2011-2031 yang diperuntukan sebagai kawasan perkotaan, pusat perdagangan dan jasa industri industri dan pemukiman, telah menetapkan kecamatan Sukaluyu sebagai zona industri. Pada tahun 2015, luas wilayah Kecamatan Sukaluyu adalah sebesar 4.802,38 Km2 dengan luas wilayah pertanian sawah sebesar 2.264 Km2 (Sumber : BPS). Sementara pada tahun 2017 luas wilayah pertanian sawah sebesar 2.231 Km2 (Sumber : BPS), luas wilayah pertanian sawah mengalami penurunan sebesar 1,46% dalam kurun waktu 2 tahun.

Minat generasi muda terhadap pertanian
Menurut Haning dari LIPI, para pemuda mengalami perubahan persepsi seiring arus modernisasi sehingga menjadi petani tidak lagi menjadi pilihan mereka. Padahal Indonesia membutuhkan petani-petani yang produktif untuk memaksimalkan produksi pangan, terutama karena Indonesia adalah negara agraris, jelasnya.

LIPI saat ini tengah melakukan riset melalui tim peneliti Program Unggulan, sub program Ketahanan Sosial, Ekonomi dan Budaya dari tahun 2015 hingga 2019 mendatang. Pada tahun pertama penelitian atau tahun ini, tim melakukan penelitian di tiga desa di wilayah eks Karesidenan Surakarta yakni Sragen, Klaten, dan Sukoharjo.

Hasil pengamatan sementara menunjukkan modernisasi berpengaruh terhadap mobilitas penduduk usia muda pedesaan melalu fenomena migrasi ke perkotaan yang menyebabkan ditinggalkan pertanian skala kecil di pedesaan, ujar Y.B Widodo, peneliti pada Puslit Kependudukan LIPI.

Menurut Widodo, pemuda sebagai generasi penerus tidak serta merta mewarisi keterampilan pertanian dari orang tua atau komunitas masyarakatnya. Terdapat perubahan pada keluarga, sekolah, sawah, aktivitas non pertanian yang justru mengasingkan mereka dari lingkungan tempat hidupnya, sambungnya.

Dirinya meminta pemerintah bersama-sama dengan swasta dan masyarakat perlu untuk menciptakan variasi lapangan pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan pemuda di pedesaan. Selain itu, perlu adanya peninjauan kurikulum pendidikan dari tingkat sekolah dasar agar anak-anak, remaja, dan pemuda desa lebih kreatif dan tidak terasing dari lingkungan tempat hidupnya, jelas Widodo.

Dalam kesempatan yang sama, Herry Jogaswara, M.A, peneliti Pusat Penelitian Kependudukan LIPI menambahkan, krisis regenerasi petani harus menjadi perhatian yang serius. Berbeda dengan bencana yang terjadi tiba-tiba dan membawa dampak langsung, krisis regenerasi petani berjalan pelan-pelan namun membawa dampak yang besar namun hal sepenting ini sering kali tidak disadari, jelasnya. Herry menyatakan, harus ada insentif bagi anak-anak muda agar mereka tertarik untuk menjadi petani.

Pertanian dan pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan di sektor pertanian tidak lepas dari berbagai program Pemerintah untuk mewujudkan swasembada sejumlah komoditas pertanian strategis. Pemerintah menetapkan visi Indonesia menjadi Lumbung Pangan Dunia pada tahun 2045.
"Untuk beras, bawang merah, dan cabai, Indonesia sudah tidak impor sejak tahun lalu. Untuk jagung, hingga saat ini kami belum keluarkan rekomendasi impor, dan bahkan bawang merah, kami balikkan keadaan dengan mengekspor ke Thailand dan direncanakan juga untuk beberapa negara Asia Tenggara," ujar Menteri Pertanian Amran Sulaiman dalam keterangan tertulis, Rabu (23/8/2017).
Berdasarkan peta jalan lumbung pangan dunia, tahun ini Kementan menargetkan swasembada jagung. Selain itu, swasembada bawang putih dan gula konsumsi di 2019.
Pada 2020 komoditas yang ditargetkan swasembada adalah kedelai, tahun 2024 gula industri, tahun 2026 daging sapi, dan pada tahun 2045 diharapkan Indonesia sudah menjadi Lumbung Pangan Dunia.
Lebih lanjut, Amran juga menyebutkan Kementerian Pertanian bertekad untuk mengembalikan kejayaan kopi, rempah serta komoditas perkebunan lainnya dan subsektor hortikultura. Untuk itu, Kementan menyiapkan anggaran sebesar Rp 5,5 triliun untuk dua subsektor tersebut.
"Kita optimistis bisa wujudkan. Tahun ini kita mulai kerjakan dengan memberi bantuan paket komplet secara gratis," tegas Amran.
Kinerja ekonomi RI pada triwulan II 2017 berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai Rp 3.366,8 triliun. Ekonomi Indonesia triwulan II-2017 dibandingkan triwulan II-2016 tumbuh 5,01%.

Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), bila dilihat dari sisi produksi, sektor pertanian merupakan sektor kedua yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, setelah industri pengolahan, dan masih di atas sektor perdagangan dan konstruksi.
Untuk triwulan II-2017 ini, sektor pertanian dalam arti luas menyumbang sebanyak 13,92%, sementara pada triwulan-I 2017 kontribusinya 13,59%.
Kepala BPS Suhariyanto menyebutkan bahwa pencapaian pertumbuhan ekonomi kali ini cukup baik.
"Kita cuma di bawah Cina 6,9 persen. Dengan kondisi ketidakpastian perekonomian global dan penurunan harga komoditas, hasil ini cukup bagus," jelas Suhariyanto.
Bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sektor pertanian menjadi sektor yang memiliki pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar 8,44%. Peningkatan ini diperoleh dari naiknya produksi sejumlah komoditas tanaman perkebunan seperti kopi dan tebu serta dari hortikultura.

Dengan melihat beberapa hal yang telah disebutkan tadi, sektor pertanian masih melekat dan masih belum bisa dipisahkan dari Cianjur sampai dengan saat ini, penanganan alih fungsi lahan yang tepat dalam hal ini sangat diperlukan, disamping pemembinaan terhadap minat generasi muda untuk lebih tertarik pada sektor pertanian serta pengadaan alat-alat pertanian yang lebih modern yang lebih sesuai dengan kondisi di era modernisasi seperti sekarang, kerana pertanian dengan pertumbuhan ekonomi masih saling berkaitan satu sama lain, khususnya di kabupaten Cianjur.


Sumber:
 Radar Cianjur, 3 Agustus 2018

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar