13 Feb 2019

REFLEKSI HUT RI

Oleh: A. Saebani
KSK/Pegawai BPS Kabupaten Cianjur.


17 Agustus  merupakan hari sejarah bagi bangsa Indonesia. Pada tahun ini, negara tercinta genap berusia 73 tahun, di usia tersebut bukan lagi muda tetapi dapat dikatakan sudah pada fase yang matang. Sebuah pertanyaan, bagaimana janji kemerdekaan sudah selaras dengan tujuan didirikannya NKRI yaitu kemakmuran untuk semua lapisan masyarakat Indonesia. Tentunya bukan hanya tugas semata seorang Presiden Jokowi tetapi semua komponen bangsa harus bahu membahu membangun negara. Seperti kata pepatah, ‘berat sama-sama kita pikul, ringan sama-sama kita jinjing’.

        Membangun negara yang unggul dan bangsa pemenang dari persaingan global sering terdengar dari janji para politisi demi meraih jabatan di negeri ini. Semua warga negara seharusnya dapat menikmati buah dari kemerdekaan, tetapi masih jauh dari kenyataan,  tercermin masih banyak warga negara yang berkutat dengan kemiskinan, ketimpangan antar daerah serta kesenjangan pendapatan antar penduduk. Data BPS pada Maret 2018, penduduk Indonesia masih ada sekitar 9,82 persen atau 25,95 juta penduduk miskin. Secara kuantitas  penduduk  miskin sudah berkurang dari tahun sebelumnya, tetapi angka kemiskinan tersebut masih tinggi jika dibandingkan dengan negara tetangga di ASEAN.
       Misalkan Malaysia, berdasarkan CIA World Factbook 2017, tingkat kemiskinan di Malaysia hanya sebesar 3,8 persen.  Dibandingkan dengan negara kita sangat tertinggal jauh, makanya Indonesia sudah selayaknya angka kemiskinan tersebut lebih rendah dari angka 9,82 persen. Bahkan Indonesia ke depan harus menurunkan angka kemiskinan sampai 5 persen, angka tersebuat tidak ada yang tidak mungkin. Dengan kerja keras menumbuhkan kemajuan ekonomi berkualitas, peningkatan sumber daya manusia yang kompetitif merupakan modal utama dalam memerangi kemiskinan.
        Selanjutnya keberadaan dari kemerdekaan adalah harus merefleksikan seberapa besar Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Berdasarkan data yang dirilis BPS, Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia terus mengalami kemajuan. Pada tahun 2017, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia mencapai 70,81. Angka ini meningkat sebesar 0,63 poin atau tumbuh sebesar 0,90 persen dibandingkan tahun 2016. Dengan bekal semakin naiknya modal manusia, dapat lebih produktif dalam bekerja sehingga ouput pembangunan dapat berdaya saing di tingkat global.
       Disamping keberhasilan yang diklaim pemerintah Jokowi, seperti IPM serta penurunan tingkat kemiskinan sebesar angka satu digit, apakah keberhasilan tersebut linier dengan kemajuan negara lainnya. Dari berbagai indikator Indonesia masih kalah bersaing dengan negara tetangga yang notabene  memproklamirkan kemerdekaan lebih dulu negara kita. Ada apa dengan negara ini, solusi apa yang cepat serta tepat supaya NKRI menjadi bangsa yang terdepan minimal di negara-negara Asia Tenggara.  Menjadikan Indonesia sebagai negara dan bangsa yang dihormati oleh negara lain supaya menjadikan negara unggul dan berdaulat.
      Seiring semakin terbukanya tatanan kehidupan bangsa antar negara, seperti era globalisasi negara ASEAN. Era baru tersebut bergulir pada 2015 yang disebut dengan masyarakat ekonomi ASEAN (MEA). Menjadi pertanyaan selanjutnya, bagaimana posisi Indonesia bisa menjadi bangsa yang ungggul dan berdaulat diantara bangsa-bangsa negara ASEAN. Semua itu jangan lantas menjadi pesimistis, tetapi semua komponen bangsa harus lebih kuat berjuang melawan kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan.
INDEKS KEMAKMURAN DUNIA
       Selain tingkat kemiskinan sebagai indikator keberhasilan suatu negara, untuk melihat sejauh mana negara-negara unggul diantara negara lainnya, bisa digunakan indeks kemakmuran yang dicapai oleh suatu negara. Legatum Institute, sebuah lembaga penelitian berbasis di London mengeluarkan indeks kemakmuran 2017 untuk negara-negara di dunia. Merujuk data yang dirilis oleh lembaga tersebut, posisi pertama yang paling makmur  adalah Norwegia dan dibawahnya yaitu Selandia Baru. Bagaimana dengan posisi Indonesia di antara negara ASEAN, menurut Legatum  Institute posisi Indonesia di peringkat ke-61. Posisi di atasnya ada Singapura peringkat ke-17 dan Malaysia rangking ke-42.
PDB PER KAPITA
     Angka PDB atau pendapatan perkapita merupakan ukuran paling sederhana yang dapat mempresentasikan tingkat kesejahteraan atau kemakmuran suatu negara. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data Produk Domestik Bruto (PDB) perkapita atas dasar harga berlaku tahun 2017 sebesar Rp. 51,89 juta atau US$ 3.876,8. Sedangkan negeri Jiran berdasarkan CIA World Factbook 2017, Malaysia mempunyai PDB perkapita mencapai US$ 9.824,32.  Besaran PDB perkapita Indonesia hapir 3 kali lipat dari Malaysia, hal ini mencerminkan Malaysia mempunyai tingkat kesejahteraan relatif lebih baik.
INDEKS PEMBANGUNAN PENDIDIKAN
    Jika merujuk pada indeks pembangunan pendidkan yang dilakukan oleh organisasi pendidikan dan kebudayaan PBB (UNESCO), posisi Indonesia masih tertinggal dengan negara di ASEAN. Singapura mempunyai kualitas pendidikan dengan skor 0,768 peringkat ke-7 di dunia dan pertama di ASEAN. Rangking ke-2 yaitu Brunei Darussalam mempunyai indeks pembangunan pendidikan sebesar 0,692 dan berada pada peringkat ke-30 di dunia dan rangking ke-2 di ASEAN. Negeri Jiran, Malaysia mempunyai indeks 0,671 berada pada posisi ke-62 di dunia dan rangking ke-3 di ASEAN. Thailand mempunyai indeks 0,608 berada pada posisi ke-89 di dunia dan rangking ke-4 di ASEAN. Sedangkan Indonesia mempunyai indeks pembangunan pendidikan dengan skor 0,603 berada pada posisi ke-108 di dunia dan rangking ke-5 di antara negara-negara ASEAN.
     Perayaan 17 Agustus bukan hanya sekedar perayaan seremonial, isilah kemerdekaan negeri ini dengan kerja nyata. Bangkitlah Indonesia, majulah Indonesia, rapatkan barisan menuju Indonesia yang lebih maju. Harapan untuk para pemimpin semoga dapat mensejahterakan semua warga negera, bukan berlomba-loba mencari kepentingan pribadi atau golongan demi sebuah kepentingan politik sesaat. Dirgahayu Indonesia.***

Sumber:
 Radar Cianjur
 24 Agustus 2018


Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar