13 Feb 2019

Pemuda Jawa Barat Siap Guncangkan Dunia


Rosser Ikhlas, S.Si
Statistisi Pertama BPS Kabupaten Cianjur


Baru-baru ini BAPENAS mengeluarkan INDEKS PEMBANGUNAN PEMUDA INDONESIA 2017 yang merupakan hasil kerjasama BAPPENAS dengan Badan Pusat Statistik dan United Nations Population Fund (UNFPA). Penyusunan IPP turut melibatkan Kementrian Pemuda dan Olahraga, dan Kementrian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Mengapa IPP menjadi begitu penting? Sebab pemuda adalah penerus bangsa dan fundamentalproses pembangunan negara secara berkelanjutan.

Indeks Pembangunan Pemuda (IPP) memang kurang sering kita dengar, tidak seperti Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dalam pembahasan asumsi makro di DPR-RI dijadikan sebagai indikator target pembangunan pemerintah. IPM juga merupakan salah satu indikator yang penting dalam mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia. Meskipun demikian, IPM bukanlah satu-satunya indikator dalam membaca kualitas hidup manusia pada suatu wilayah.
Indikator lainnya yang lebih spesifik dalam mengukur kualitas hidup manusia adalah IPP. IPP merupakan instrumen untuk memberikan gambaran kemajuan pembangunan pemuda. Indeks ini dapat dijadikan rujukan untuk penyusunan kebijakan dan strategi pembangunan pemuda. Disamping itu menjadi acuan dalam ranka koordinasi lintas sektor penyelenggaraan kepemudaan, baik di tingkat pusat maupun daerah IPP terbentuk dari lima domain yaitu; 1)pendidikan, 2)kesehatan dan kesejahteraan, 3)kesempatan dan lapangan kerja, 3) kepemimpinan dan partisipasi dan 5)gender dan diskriminasi. Dari lima domain tersebut, tiga diantaranya beririsan langsung  dengan IPM yaitu Pendidikan, Kesehatan, dan Ekonomi. Dengan demikian peningkatan IPM Yang membedakannya adalah dua domain lainnya yaitu kepemimpinan dan partisipasi, gender dan diskriminasi. Untuk dua domain ini perlu diberikan ruang khusus dalam rangka menngkatkan laju IPP.
Pengukuran IPP meliputi partisipasi pemuda dalm berorganisasi maupun peran serta pemuda menjadi pemimpin. Disamping itu ruang gerak mereka mengemukaan pendapat politik. Adapun gender, diukur tingkat partisipasi sekolah bagi pemudi (perempuan) yang bersekolah hingga perguruan tinggi. Demikian juga dihitung Angka Pastisipasi Kasar (AKP) perguruan tinggi, tingkat pengangguran pemuda, angka perkawinan anak,maupun kejahatan dan kekerasan seksual.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa IPP Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 dengan nilai 46,33. Angka ini masih dibawah IPP Nasional sebesar 1,83 poin dari tahun sebelumnya yaitu 44,50 Namun posisinya masih berada di bawah Provinsi DI Yogyakarta saat ini.
Siapa sebenarnya yang di sebut pemuda? Banyak terdapat definisi mengenai batasan usia pemuda.Beberapa negara mengacu kepada organisasi global  maupun Internasional seperti United Nations dengan batasan Usia 10-24 tahun. Adapun definisi World Bank Usia 15-34 Tahun,European Union Usia 15-29 tahun, The Commonwealth Usia 15-29 tahun.Bagaimana dengan batasan usia pemuda di Indonesia?. Batasan usia pemuda Indonesia mengacu kepada Undang-Undang No 40 tahun 2009 tentang kepemudaan, yaitu usia 16-30 tahun.
Berdasarkan data BPS, Jumlah pemuda Indonesia pada tahun 2018 yaitu sebanyak 64,87 juta orang. Terdiri dari 32,90 juta pemuda dan 31,97 juta pemudi.Pemuda kita di tahun 2025 diproyeksikan menjadi 66,91 juta jiwa dari total penduduk sebanyak 284,83 jiwa.Artinya terdapat sebanyak 21,735% pemuda.
Demikian pula,jumlah pemuda di provinsi Jawa Barat tahun 2018 sebanyak 12,16 juta orang.Terdiri dari 6,17 juta dan 5,97 juta pemudi.Presentase pemuda ini terhadap jumlah penduduk Jawa Barat (48,69 juta jiwa) yaitu sebesar 24,97%.Komposisi yang sangat besar dan akan menjadi potensi bagi Jawa Barat.
Berdasarkan proyeksi penduduk, Indonesia maupun Jawa Barat akan diwarnai porsi penduduk muda yang lebih besar dari pada penduduk usia lainnya.Kondisi ini dikenal dengan istilah “bonus demografi”. Bonus demografi diperkirakan sampai pada puncaknya pada tahun 2030. Tantangan dan peluang yang melekat pada bonus demografi harus bisa kita optimalkan.
Menyongsong bonus demografi tersebut perlu menyiapkan Pemuda-pemudi produktif yang berketampilan. Sehinggsa bonus demografi tidak menjadi bomerang seperti meningkatnya angka pengengguran pemuda.
Hal ini sebagai akibat kurangnya kesepatan kerja maupun keterampialn yang homogen antara pemuda. Sudah sepatutnya pemerintah maupun pemuda-pemudi itu sendiri memahami peran penting dalam membangun pemuda indonesia yang berkualitas dan mampu bersaing secara global.
Pemuda adalah generasi penerus bangsa dan merupakan aset negara, tersirat dalam ungkapan Bapak Proklamator Soekarno tentang pemuda yakni:”Beri aku 10 pemuda maka aku akan guncangkan dunia!”. Dengan IPP Jawa Barat yang masih berada di bawah rata rata nasional,maka tantangan masih mengahadang.
Namun tak perlu risau, Jawa Barat masih memiliki peluang menghasilkan pemuda pemudi yang tangguh. Tangguh dalam mengisi pembangunan.Kuat dalam menggenggam simpul simpul perekonomian daeah. Kondisi ini bisa di capai,apabila semua berkomitmen. Seluruh pemangku kepentingan dan termasuk pemuda itu sendiri siap memperjuangakan masa depannya.
Oleh sebab itu, harapannya pemuda Jawa Barat dapat mengukir prestasi di tingkat nasional maupun di kancah nasional. Kita harus mampu membuktikan ungkapan dari bapak proklamator.Jangankan 10 pemuda 1000 pemda pun tidak mampu mengguncangkan dunia apabila pemudanya kurang berkualitas. Jawa Barat harus mampu mengguncangkan dunia dengan 10 pemuda. Mari kita raih peluang dan tantangan ini.

Sumber:  Radar Cianjur, 5 September 2018

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar