Lakukanlah perencanaan teknis sebaik
mungkin sebagai wujud ikhtiar. Setelahnya, kerjakan sebaik mungkin
sesuai rencana, dan serahkan hasilnya kepada Allah Ta’ala. Sebab, Dia
Mahatahu mana jalan terbaik untuk hamba-hamba-Nya.
Kisahnya, seorang suami-istri di daerah
Bandung Jawa Barat. Bukan orang kaya atau pengusaha kelas atas.
Sehari-hari hanya hidup dari berjualan di toko kecil depan rumahnya.
Namun, niat dan tekadnya kuat; naik Haji berdua.
Maka, keduanya pun menabung secara
disiplin demi mewujudkan niat baiknya itu. Hingga, setelah dua puluh
tahun menabung, saldonya hanya lima puluhan juta. Sedangkan untuk naik
Haji berdua kala itu, setidaknya membutuhkan dana tujuh puluh juta.
Angka dua puluh juta pun senantiasa diupayakan oleh pasangan suami istri
inspiratif ini.
Hingga pada suatu hari, salah satu
tetangga yang juga jamaah masjid dekat rumahnya menderita sakit. Dirawat
lama. Rupanya, sakitnya tumor. Harus dilakukan operasi pengangkatan.
Biayanya lima puluh juta.
Dilema. Si sakit rupanya miskin juga.
Sebab merasa dekat dan tergerak sebagai sesama muslim, sang suami pun
mengusulkan kepada istrinya, “Bagaimana jika kita bantu biaya
operasinya?” Mendengar ide ‘gila’ itu, sang istri terbelalak sembari
mengatakan, “Haruskah tabungan kita selama dua puluh tahun ‘kandas’
dalam sehari? Dan kita gagal naik Haji?”
Setelah diskusi dari hati ke hati,
qadarullah, sang istri pun sepakat. Maka, keluarga sederhana itu
langsung datang ke rumah sakit untuk memberikan uang sebesar lima puluh
juta agar operasi segera dilakukan karena si sakit semakin lemah tak
berdaya.
Operasi dilakukan. Namun, dokter yang
menangani operasi bingung. Dia bertanya kepada keluarga pasien, “Siapa
yang membiayai? Bukankah kalian sempat dipindahkan ke ruangan kelas tiga
karena tidak memiliki uang?”
Dari keluarga itulah sang Dokter tahu
siapa ‘malaikat’ penolong yang telah menyelamatkan nyawa si sakit dengan
menggelontorkan lima puluh juta secara cuma-cuma.
Yang terjadi di keluarga orang baik itu,
seperti tidak ada apa-apa. Kembali berdagang dan menabung demi
tercapainya niat baik itu. Bahkan, ia tidak mengingat angka lima puluh
juta yang dikumpulkan puluhan tahun, tapi ‘habis’ dalam hitungan menit
itu.
Suat malam, datanglah tamu agung di rumah
nan sederhana itu. Sepasang suami-istri. Mengendarai mobil agak mewah.
Persis saja, sang tuan rumah merasa terharu. Rupanya, yang datang adalah
Dokter yang menangani operasi tumor tetangganya itu.
Bincang agak lama, kedua keluarga itu
nampak akrab. Kemudian, sang Dokter menyampaikan maksud utamanya,
“Begini, Pak. Kami berniat meminta doa dari bapak dan ibu sebagai orang
shaleh agar kami diberi keberkahan dalam hidup.”
Sang tuan rumah dan istrinya itu hanya
senyum, tak banyak bicara. “Nah,” lanjut sang Dokter, “supaya doa bapak
dan ibu lebih makbul, kami akan mengajak bapak dan ibu untuk menunaikan
ibadah Haji tahun ini.”
Belum usai kekagetan sepasang suami istri
itu, sang Dokter menutup penuturannya dengan kalimat kepastian, “Kami
yang akan menanggung semua biayanya.”
La haula wa la quwwata illa billah… Pertolongan Allah itu dekat, lebih dekat dari urat nadi. [Pirman]
http://kisahikmah.com/beginilah-allah-mengabulkan-hajat-hamba-nya/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar