lawan
jenis. Tidak ada satupun kata-kata yang bisa mewakili perasaan jatuh cinta.
Sebutlah
kata senang, gembira, bahagia, bergetar, berdebar, takut kehilangan,
cemburu,
ingin selalu bersama, semua terlihat bersinar dan menyenangkan, tetap
saja
tidak bisa mewakili seluruh nuansa jatuh cinta.
Biasanya
yang lama diingat orang melalui kejadian-kejadian jatuh cinta adalah
perasaan-perasaan
yang ada di dalam. Memegang tangan pasangan saja membuat
jantung
berdebar. Melihat matanya yang dibalut senyum bisa membuat terkenang-kenang
selamanya.
Kata-kata pertama yang menunjukkan lawan jenis kita tertarik
dan
jatuh cinta pada kita, bisa menjadi satu rangkaian kalimat yang terdengar di
telinga
setiap hari. Memperhatikan rambut, tata krama, cara berpakaian, cara bicara
lawan
jenis kita, semuanya tampak pas dan sempurna. Dan pada akhirnya membuat
kita
seperti memiliki dunia ini seorang diri.
Inilah
rangkaian hal yang membuat cinta diidentikkan dengan perasaan (feeling).
Banyak
sudah lagu, film, sinetron, novel, syair, puisi yang lahir dari sumber cinta
sebagai
perasaan. Kalau kemudian banyak yang memberikan kesan cinta itu
cengeng,
lemah, tangisan dan sejenisnya, itu hanyalah sepenggal pemahaman
tentang
cinta sebagai perasaan.
Ada
dimensi kedua dari cinta yang layak dicermati setelah cinta sebagai perasaan,
yakni
cinta sebagai sebuah kekuatan (power). Coba perhatikan pengalaman jatuh
cinta
kita masing-masing. Ada kekuatan maha dahsyat yang ada di dalam diri, yang
membuat
badan dan jiwa ini demikian perkasanya. Seolah-olah disuruh
memindahkan
gunungpun rasanya bisa. Hampir tidak ada penugasan dari lawan
jenis
yang kita cintai yang tidak bisa diselesaikan. Mulut ini seperti dengan
cepatnya
berteriak
: bisa !
Bermula
dari pemahaman seperti inilah maka Deepak Chopra dalam The Path To
Love,
menyebut bahwa jatuh cinta adalah sebuah kejadian spiritual. Ia tidak semata-mata
bertemunya
dua hati yang cocok kemudian menghasilkan jantung yang
berdebar-debar.
Ia adalah tanda-tanda hadirnya sebuah kekuatan yang dahsyat.
Persoalannya
kemudian, untuk apa kekuatan dahsyat tadi dilakukan.
Kaum
agamawan nan bijaksana menggunakan kekuatan terakhir sebagai sarana
untuk
bertemu Tuhan. Usahawan yang berhasil menggunakan tenaga maha besar
ini
untuk menekuni seluruh pekerjaannya. Ibu yang mencintai keluarganya
mengabdikan
seluruh tenaganya untuk mencintai anak dan suaminya. Pekerja yang
menyadari
kekuatan ini menggunakannya untuk bekerja mencari harta di jalan-jalan
cinta.
Banyak orang yang dijemput keajaiban karena kemampuan untuk
membangkitkan
tenaga maha dahsyat ini.
Anda
bisa bayangkan, tentara Inggris yang demikian perkasa harus pergi dari India
karena
kekuatan cinta Mahatma Gandhi beserta pejuang lainnya. Negeri ini
dideklarasikan
secara amat gagah berani melalui cinta duet Sukarno-Hatta.
Demokrasi
Amerika berutang amat banyak pada cinta George Washington. Raksasa
elektronika
Matsushita Electric dibangun di atas tiang-tiang cinta Konosuke
Matsushita.
Microsoft sampai sekarang masih dipangku oleh kecintaan manusia luar
biasa
yang bernama Bill Gates. Sulit membayangkan bagaimana seorang Jenderal
besar
Sudirman bisa memimpin pasukan melawan Belanda dengan badan yang
sakit-sakitan,
kalau tanpa modal cinta yang mengagumkan. Wanita perkasa dengan
nama
Kartini mengambil resiko yang demikian tinggi untuk mengangkat derajat
kaumnya,
apa lagi yang ada di baliknya kalau bukan kekuatan-kekuatan cinta.
Boleh
saja Anda menyebut rangkaian bukti ini sebagai serangkaian kebetulan, tetapi
saya
lebih setuju dengan Deepak Chopra yang menyebut bahwa jatuh cinta adalah
sebuah
kejadian spiritual. Dari sinilah sang kehidupan kemudian menarik kita tinggi-tinggi
ke
rangkaian realita yang oleh pikiran biasa disebut luar biasa. Di bagian lain
bukunya,
Chopra menulis: ‘merging with another person is an illusion, merging with
the
Self is the supreme reality’. Bergabung dengan orang lain hanyalah sebuah
ilusi,
tapi
bergabung dengan sang Diri yang sejati, itulah sebuah realita yang maha utama.
Jatuh
cinta sebagai kejadian spiritual, yang dituju adalah bergabungnya diri kita
dengan
Diri yang sejati. Ada yang menyebut Diri sejati terakhir dengan sebutan
Tuhan,
ada yang memberinya sebutan kebenaran, ada yang menyebutnya dengan
inner
life, dan masih banyak lagi sebutan lainnya. Apapun nama dan sebutannya,
ketika
Anda menemukannya, kata manapun tidak bisa mewakilinya. Yang ada hanya:
ahhhhh!
Serupa
dengan pengalaman jatuh cinta ketika kita masih muda, di mana semua
unsur
badan dan jiwa ini demikian kuat dan perkasanya, demikian juga dengan jatuh
cinta
sebagai kejadian spiritual. Ia mendamaikan, menggembirakan, mencerahkan,
mengagumkan
dan menakjubkan. Dan yang paling penting, semuanya kelihatan
serba
sempurna. Air sungai, daun di pohon, desir angin, suara ombak, wajah
pegunungan,
demikian juga dengan pekerjaan, keluarga, atasan, bawahan. Seorang
sahabat
yang kerap jatuh cinta seperti ini, pernah mengungkapkan, dalam keadaan
jatuh
cinta, setiap lembar daun di pohon apapun terlihat seperti sehalaman buku suci
yang
penuh inspirasi. Setiap hembusan angin adalah pelukan-pelukan tangan
kekasih
yang amat menyentuh. Setiap suara air adalah nyanyian-nyanyian rindu
yang
menyentuh kalbu. Anda tertarik?
Gede Prama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar