9 Jun 2010

Tawadu Oleh Nurdin Hasan

Tawadu oleh: Nurdin Hasan
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى هَدَ نَالِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِى لَوْلاَ اَنْ هَدَ نَا اللهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَّ اِلَهَ اِلاَّ الله ُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَمَّا بَعْدُ. اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى اِبْرَا هِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَرَكْتَ عَلَى اِبْرَا هِيْمَ فِى الْعَا لَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْدً. وَعِبَادُ الرَّ حْمَنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى اْلأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُوْنَ قَالُوْا سَلاَمَا.

Kaum muslimin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa berusaha meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah SWT, serta memperbanyak amal soleh kita, menghiasi diri kita dengan akhlak yang baik, dan menjauhkan diri kita dari akhlak yang tercela. Insya Allah ini akan mengantarkan kita pada kebahagiaan hidup, baik di dunia dan di akhirat. Semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam kepada nabi kita, Muhammad SAW, sebagai nabi akhir zaman, yang dengan ajaran beliau, kita terlepas dari azab Allah SWT di akhirat kelak, dan kita akan mendapatkan nikmat yang begitu banyak.
Ibadurrahman ialah hamba-hamba yang dinisbatkan kepada Allah semata, yang disebutkan dalam surat Al Furqon ayat 66 sampai dengan ayat 77. Dalam ayat ini Allah menjelaskan tanda-tanda golongan manusia pilihan Allah, menjadikan mereka sebagai teladan untuk diikuti dan contoh yang ditiru. Sebab, disana ada juga golongan hamba yang lain, seperti hamba setan, hamba thogut, hamba syahwat, hamba arak, hamba opium, hamba wanita, dan hamba berahi.
Ibadurrahman ini dinisbatkan kepada zat Allah yang Suci, yang mengandung pengertian bahwa mereka adalah hamba-hamba yang layak mendapatkan rahmat Allah dan mereka berada dalam lingkup rahmat ini. Ibadurrahman mempunyai sifat dan tanda-tanda, sebagaimana yang disebutkan Allah di dalam ayat-ayat tersebut. Maka alangkah baiknya jika kita hidup dalam rengkuhan ayat-ayat ini.
Sifat ibadurrahman yang pertama, mereka berjalan di muka bumi dalam keadaan rendah hati. Dengan ungkapan Allah ini sudah menggambarkan cara berjalan dan sifat berjalan, yang semuanya mempunyai nilai di sisi Allah sebab yang demikian itu menggambarkan karakteristik, mengungkapkan tentang rasa dan akal. Orang yang sombong dan congkak juga mempunyai cara berjalan sendiri. Masing-masing berjalan sambil mengimplementasikan apa yang terpendam dalam dirinya, sebagaimana orang mukmin yang rendah hati, juga mempunyai cara jalannya sendiri.
Allah berfirman di dalam kitab-Nya tentang sifat-sifat Ibadurrahman:
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى اْلاَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُوْنَ قَالُوْا سَلاَمًا
Dan hamba-hamba Tuhan yang maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. (QS Al-Furqon:63).
Ibadurrahman berjalan di muka bumi dalam keadaan rendah hati, tawadu, dan lemah lembut. Berjalan dengan penuh wibawa kehormatan, tidak dengan sikap sombong dan semaunya sendiri, tidak merasa lebih tinggi dari siapapun, tidak menyeramkan, dan tidak congkak. Mereka tidak berjalan seakan-akan sambil berkata, hai tanah! Tenanglah karena kamu tidak lebih tinggi dariku. Mereka tidak berjalan layaknya orang yang mengetahui bahwa mereka berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah pula. Wasiat Allah di dalam surat AL-Isro’ menyebutkan larangan berjalan dengan sombong, riya, dan untuk membanggakan diri.
وَلاَ تَمْشِ فِى اْلاَرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ اْلاَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُوْلاَ
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali tidak akan sampai setinggi gunung. (QS Al-Isro’:37).
Engkau tidak mampu menembus bumi sekalipun engkau menghujamkan kakimu. Engkau tidak mampu menyamai ketinggian gunung sekalipun engkau menjulurkan lehernya atau melongokkan kepalamu. Karena itu, berjalanlah secara tawadu agar Allah mencintaimu. Sebab, Allah tidak suka orang yang congkak dan membanggakan diri. Maka kita mendapatkan Al-Quran menyebutkan wasiat Luqman kepada anaknya, yakni saat dia memberikan pelajaran kepada anaknya.
وَلاَ تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَ تَمْشِ فِى اْلأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍ. وَاقْصِدْ فِى مَشْيِكَ وَغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ اْلاَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيْرِ.
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri, dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan, serta lunakkanlah suaramu, sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (QS. Lukman:18-19).
Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia, artinya saat engkau berbicara dengan mereka, atau janganlah engkau memalingkan mukamu jika mereka berbicara denganmu. Menghadaplah ke arah mereka saat berbicara dengan muka yang teduh. Berjalan di muka bumi dengan sombong artinya memperlihatkan sifat kesombongan dalam perbuatan. Sementara membanggakan diri, artinya dalam perkataan, umpamanya dengan berkata, “ aku adalah anak si fulan, anak fulan dari kalangan fulan.” Allah tidak menyukai dua sifat ini dan menyukai orang-orang yang tawadu (rendah hati) yang mengetahui bobot dirinya dan tidak melecehkan siapapun.
Maksud dari berjalan dengan rendah hati, bukan berarti berjalan dengan cara membungkuk seperti orang sakit atau pembantu berjalan di depan tuannya. Bukan ini maksudnya. Rasulullah berjalan dengan bergerak-gerak seperti sedang meniti menuju jalan yang menurun. Ini merupakan jalannya orang yang penuh semangat dan pemberani (HR Ali bin Abu Thalib).
Inilah kami, yang kami maksud berjalan dengan rendah hati, berjalan dengan lembut dan tawadu, tetap menunjukkan kekuatan, sedikit mempercepat langkah kaki, sesuai dengan perawakan, umur, dan kemampuan. Peringatan dari segala peringatan adalah berjalan di muka bumi dengan sombong dan congkak. Rasulullah SAW mempertingkatkan hal ini dalam sabda beliau:
Siapa yang merasa sombong di dalam dirinya atau congkak saat berjalan maka dia bersua Allah dalam keadaan mendapat murka dariNya (Diriwayatkan Ahmad dan Al-Hakim).
Ada seseorang (diantara orang-orang sebelum kalian) yang berjalan dengan sombong sambil menegakkan dua jubahnya dan takjub kepada diri sendiri maka Allah menanamkannya dalam tanah, dan dia tenggelam di sana hingga hari kiamat. (Diriwayatkan Muslim).
Yang demikian ini sama dengan hukuman yang dijatuhkan Allah kepada Qarun ketika dia keluar dari rumah memamerkan perhiasannya kepada manusia, berjalan dengan sombong, dan congkak, lalu Allah membenamkan dirinya, dan tempat tinggalnya ke perut bumi sehingga tak satupun yang dimilikinya, tersisa.
Firman Allah SWT:
فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ اْلاَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُوْنَهُ مِنْ دُوْنِ اللهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَرِيْنَ.
Maka, Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). (QS. Al-Qashash: 81).
Untuk apa manusia menyombongkan diri? Untuk apa mereka congkak? Untuk apa mereka merasa lebih hebat dari orang lain? Sekiranya mereka melihat pada mereka sendiri maka sebagaimana dikatakan Al-Ghazali, mereka akan melihat bahwa ayah mereka adalah setetes air yang hina, dan kakeknya adalah tanah.
Diantara orang salaf ada yang berkata, “aku benar-benar heran terhadap orang muncul dari dua jalan kencing, tapi kemudian dia bersikap sombong. Dia berasal dari air yang hina dari ayahnya yang keluar dari saluran kencing, dan dia dilahirkan ibunya melalui saluran kencing”.
Mengapa orang sombong? Mengapa dia membanggakan diri kepada orang lain, padahal kematian akan menjemputnya, yang tidak membedakan antara orang yang terpandang dan orang jelata, kaya dengan miskin? bumi yang dijadikan area untuk menyombongkan diri, akan menelan setiap manusia. Seorang penyair berkata, jangan berjalan di muka bumi, kecuali dengan rendah hati. Berapa banyak manusia ambisius yang lelap di dalam bumi. Sekiranya kau ada di puncak kemuliaan dan sedikit gagal. Berapa banyak orang yang mengalami kegagalan lebih fatal.
Siapa tahu, bumi yang menjadi tempat berpijak saat ini ternyata merupakan kuburan orang-orang terdahulu, yang tulangnya berserakan di dalamnya? Siapa tahu tanah di bawah kakimu yang di atasnya engkau berjalan congkak itu, ternyata kuburan orang besar pada waktu dahulu.
Maka janganlah berjalan secara congkak di muka bumi, kenalilah siapa wahai manusia, merendahlah di hadapan Allah karena siapa yang merendah kepadaNya maka Dia akan meninggikannya. Barang siapa takabur maka Allah akan merendahkannya.
Nabi Muhammad SAW adalah orang yang paling banyak merendahkan hati, padahal kita tahu bagaimana kedudukan beliau di mata Allah dan di mata manusia. Beliau lebih suka berjalan di belakang para sahabat dan keadaan beliau sama seperti mereka. Beliau duduk bersama mereka dan tidak ada satupun yang membedakan beliau dari mereka maka ketika ada orang asing datang, dia celingukan, tidak mengetahui mana beliau yang berada di tengah para sahabat sehingga dia berkata, “mana yang namanya Muhammad? Mana diantara kalian yang menjadi cucu Abdul Muthalib?
Di tengah keluargapun beliau biasa mengerjakan berbagai macam pekerjaan rumah tangga, seperti menjahit pakaian, menyambung tali sandal yang putus, memerah air susu, membuat adonan dengan para pembantu, semua dikerjakan dengan menggunakan tangan beliau yang mulia”.
Setiap orang muslim haruslah belajar tawadu dalam berjalan di muka bumi, yang merupakan urutan pertama dari sifat ibadurrahman. Tawadu dalam sikap berjalan jika dia sebagai wanita muslimah, tentu dia berjalan dengan malu-malu, seperti cara berjalannya wanita yang bertemu dengan Musa, puteri seorang lelaki yang sudah lanjut usia.
فَجَاءَتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِى عَلَى اسْتِحْيَاءٍ قَالَتْ إِنَّ أَبِى يَدْعُوْكَ لِيَجْزِيَكَ أَجْرَمَا سَقَيْتَ لَنَا فَلَمَّا جَاءَهُ وَقَصَّ عَلَيْهِ الْقَصَصَ قَالَ لاَ تَخَفْ نَجَوْتَ مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ.
Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata, Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberi balasan terhadap (kebaikan)mu, memberi minum (ternak) kami. Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu’aib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya), Syu’aib berkata, Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu. (QS Al-Qashash:25).
Dan Allah juga menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku orang yang beriman, baik laki-laki maupun wanita , dalam surat An-Nur:31:
وَلاَ يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِيْنَ مِنْ زِيْنَتِهِنَّ وَتُوْبُوْا إِلَى اللهِ جَمِيْعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Bertobatlah kepada Allah semuanya, wahai orang-orang yang beriman, mudah-mudahan kamu mendapat kemenangan. (QS An-Nur:31).
Amal yang diterima Allah dari manusia bukanlah dengan cara menyombongkan diri dan congkak. Allah tidak akan memandang orang yang menjulurkan pakaiannya karena untuk membanggakan diri dan dia sombong di hadapan hamba-hambaNya. Sungguh amat buruk orang yang sombong terhadap saudara sesama muslim. Allah hanya memandang orang-orang yang tawadu, lemah lembut terhadap orang-orang mukmin, sebagaimana firmanNya menyifati hamba-hambaNya yang mukhlis.

يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْ مَنْ يَرْ تَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِيْنِهِ فَسَوْفَ يَأْتِى اللهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّوْنَهُ أَذِلَّّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِيْنَ يُجَاهِدُوْنَ فِي سَبِيْلِ اللهِ وَلاَ يَخَافُوْنَ لَوْ مَةَلاَئِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَللهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ.
Hai orang-orang yang beriman, barang siapa diantara kamu yang murtad dari agamanya maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikanNya kepada siapa yang dikehendakiNya, dan Allah Maha Luas (pemberianNya) lagi Maha Mengetahui.
باَرَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْاَنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعْنِى وَاِيَّا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَ يَتِ وَا الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنىِّ وّمِنْكُمْ تِلاَوَتُهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمِ. وَكُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَرْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّا حِمِيْنَ.


Khutbah kedua (Doa)
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاَ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُ الْحَمْدُ لِلَّهِ, اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى اِبْرَا هِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى اِبْرَاهِيْمَ فِى الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْدٌ. رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَ مَا لاَ طَاقَةَ لَناَبِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْلَناَ وَارْحَمْناَ أَنْتَ مَوْلاَناَ فَانْصُرْناَ عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. رَبَّناَ إِنَّناَ سَمِعْناَ مُنَادِياً يُناَدِي لِلاْ إِيْمَانِ أَنْءَا مِنُوْ بِرَبِّكُمْ فَآمَناَّ رَبَّناَ فَغْفِرْلَناَ ذُنُوْبَناَ وَكَفِّرْ عَناَّ سَيِّئاَتِناَ وَتَوَفَناَ مَعَ اْلاَبْرَارِ. رَبَّناَ وَءَاتِناَ مَا وَعَدْ تَناَ عَلَى رُسُلِكَ وَلاَ تُخْزِناَ يَوْمَ الْقِياَمَةِ إِنَّكَ لاَتُحْلِفُ الْمِيْعَادَ. رَبَّناَ إِنَّناَ سَمِعْناَ مُناَدِياً يُناَدِي لِلاْءِيْمَانِ أَنْ ءَامِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا. رَبَّناَ فَغْفِرْ لَناَ ذُنُوْبَناَ وَكَفِّرْ عَناَّ سَيِّئَاتِناَ وَتَوَفَّناَ مَعَ اْللأَبْرَارَ, رَبِّ أَوْزِعْنِى أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَتِى أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَلِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ. رَبَّناَ ظَلَمْناَ أَنْفُسَناَ وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَناَ وَتَرْحَمْناَ لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبَّناَ لاَتُزِغْ قُلُوْ بَناَ بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَناَ وَهَبْ لَناَ مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ اْلوَهَّابِ. رَبَّناَلاَتُؤَا خِذْناَ إِنْ نَسِيْناَ أَوْ أَخْطَأناَ رَبَّناَ وَلاَتَحْمِلْ عَلَيْناَ إِصْرًا كَماَحَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِناَ. رَبَّناَ أَفْرِغْ عَلَيْناَ صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَناَ وَنْصُرْناَ عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. رَبَّناَ هَبْ لَناَ مِنْ أَزْوَاجِناَ وَذُرِّياَّتِناَ قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَجْعَلْناَ لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامَا. رَبَّناَ اَتِناَ فِى الدُّنْياَ حَسَنَةَ وَفِى اْلأَخِرَةِ حَسَنَةَ وَقِناَ عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعِزَّةِ عَماَّ يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ, وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. دَعْوَاهُمْ فِيْهَا سُبْحَانَكَ الَّلهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيْهَا سَلاَمٌ وَءَاخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ.

Artikel Terkait



1 komentar: