12 Mar 2012

Menyembunyikan Kebenaran Ilahi

Allah SWT menurunkan risalah Islam kepada manusia mulai dari Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW dalam bentuk kitab-kitab suci dan suhuf-suhuf, semata-mata hanya untuk kemaslahatan manusia. Dengan kata lain, Allah SWT sama sekali tidak punya kepentingan apakah risalahnya itu ditaati atau tidak, manusia diberi hak sepenuhnya untuk memilih antara beriman atau kufur (al-Kahfi: 29).

Bagi yang memilih beriman, Allah SWT memperingatkan, “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang diturunkan Allah daripada Kitab dan menukarnya dengan harga yang murah.” (al-Baqarah: 174). Peringatan ini mengisyaratkan bahwa pasti akan ada manusia yang berusaha menyembunyikan kebenaran Allah. 

Kata yaktumuuna (menyembunyikan) mengandung pengertian sesuatu itu sudah ada terlebih dulu lalu dicoba disembunyikan, yang dalam konteks ayat ini adalah ‘kebenaran yang datang dari Allah’. Konotasi ‘menyembunyikan’ juga bisa diartikan sebagai sebuah rekayasa perlawanan, seolah-seolah yang datang bukan kebenaran yang sesungguhnya. Misalnya, yang datang kebenaran A, tapi yang dimunculkan B.

Dahulu para rasul selalu dihadapkan dengan keberadaan manusia-manusia semacam ini sehingga akhirnya tidak ada kitab suci selain Alquran yang bisa dipertahankan kesuciannya. Mereka tidak sekadar adh dhal (orang yang sesat), tapi al mudhillu (sesat dan menyesatkan). Inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa ketika Alquran diturunkan, Allah SWT tidak lagi menyerahkan kepada manusia untuk menjaganya (al-Hijr: 9).

Kendati Alquran dijaga langsung oleh Allah SWT sehingga kesuciannya akan tetap terjaga sampai kiamat, sebagian dari kebenaran Alquran tetap ‘tersembunyi’ bagi mayoritas Muslim yang awam. Semua ini terjadi karena sebagian ulama mengungkapkan, para dai sudah enggan mengangkat kebenaran-kebenaran Alquran yang memang sangat  bertentangan dengan kebatilan yang sedang dinikmati oleh mayoritas mereka yang berkuasa. 

Mereka sembunyikan kebenaran ayat-ayat Alquran lewat bahasa verbal mereka dengan menyatakan bahwa Alquran sudah tidak relevan untuk kehidupan masa kini. Hukum potong tangan bagi pencuri, qisas bagi pembunuh, rajam atau cambuk bagi pezina adalah bertentangan dengan hak asasi manusia. Sudah sangat langka yang membahas ayat-ayat jihad karena takut dituduh ‘mbahnya’ teroris ataupun radikal.

Paling tidak ada empat ancaman bagi orang-orang yang menyembunyikan kebenaran Allah dan menjualnya dengan harga yang murah. Pertama, tindakan mereka tak ubahnya dengan menyiapkan bara api neraka sepenuh perut mereka. Allah mengancam mereka akan menjadi penghuni neraka jahanam. Kedua, Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat. Ketiga, Allah SWT tidak akan pernah menyucikan mereka dari kekufuran dan dosa yang mereka perbuat. Keempat, siksa yang teramat pedih. Na’udzu billah min dzalik! Wallahu a’lam bish shawab.
Oleh: Athian Ali  

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar